Kemerdekaan dalam Pandangan Imam Ali Khamenei
Bulan Agustus adalah bulan keramat bagi bangsa Indonesia. Di bulan inilah, tepatnya tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Dalam perayaan tersebut, bangsa Indonesia bersukacita sambil mengenang perjuangan para pahlawan bangsa yang gugur dalam rangka merebut kemerdekaan, demi agar kita sebagai anak cucu mereka, bisa merasakan kemerdakaan dalam kehidupan.
Di saat kita merayakan kemerdekaan tersebut, seringkali kita diajak merenungi makna hakiki dari kemerdekaan. Tentu sudah sangat banyak ulasan yang pernah dibuat dalam rangka mengupas makna kemerdekaan dan berbagai dimensi yang ada di dalamnya. Berikut ini kita akan menyimak bersama salah satu pandangan lain terkait dengan masalah kemerdekaan yang disampaikan oleh Imam Ali Khamenei.
Hal yang Paling Fundamental
Kemerdekaan adalah hal yang paling fundamental bagi sebuah bangsa. Tanpa kemerdekaan, sebuah bangsa akan kehilangan identitasnya. Perjuangan sebuah bangsa akan dikenang dari sisi bagaimana bangsa tersebut merebut kemerdekaan, dan bagaimana bangsa tersebut mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraihnya.
Baca: “CINTA INDONESIA“
Sayangnya, banyak yang kurang menaruh perhatian terhadap masalah yang sangat fundamental ini. Terkadang, kekurangpedulian ini muncul dari tipisnya kewaspadaan. Tidak sedikit pula yang kurang perhatian karena faktor kesengajaan, karena ia memang berniat jahat.
Merdeka Artinya Independen
Sebuah bangsa jelas harus berinteraksi dengan bangsa lain. Ini adalah sunnatullah yang tidak mungkin bisa dihindari oleh siapa pun. Akan tetapi, interaksi itu memiliki ragam jenis dan tingkatan. Interaksi yang ideal adalah interaksi yang dibangun atas dasar kesetaraan dan keadilan. Interaksi menjadi buruk manakala ada satu pihak yang terlalu dominan dan superior, sedangkan pihak lainnya terekspolitasi dan banyak memiliki kebergantungan. Akan lebih parah lagi jika kebergantungan itu terjadi pada sektor yang paling fundamental bagi bangsa itu.
Merdeka berarti independen, yaitu situasi di mana sebuah bangsa tidak memiliki kebergantungan secara signifikan kepada bangsa lain. Merdeka artinya ialah situasi di mana suatu bangsa mampu menentukan nasibnya sendiri, tanpa takut direcoki oleh tangan-tangan asing dan praktik pengkhianatan para petualang di dalam negeri.
Asas Kebebasan
Kemerdekaan (istiqlal/independence) dan kebebasan (hurriyyah/freedom) adalah dua konsep yang berbeda. Akan tetapi, keduanya memiliki kaitan yang sangat erat. Kemerdekaan menjadi asas dari kebebasan yang menjadi idaman setiap individu dan bangsa. Tanpa kemerdekaan, kebebasan hanya bersifat semu dan sesaat. Bangsa yang merdeka atau yang tidak bergantung secara signifikan kepada pihak lain akan memiliki kebebasan dalam menentukan sikap, cita-cita, dan cara hidup. Adapun bangsa yang kehilangan independensinya akan menjadi bangsa yang serba terikat, karena sikap, cita-cita, dan cara hidupnya diatur oleh pihak luar.
Baca:”Teologi Kemerdekaan“
Bangsa yang Bermartabat
Di antara individu manusia kita menemukan ada orang yang bermartabat dan ada yang tidak. Begitu juga dengan bangsa-bangsa di dunia. Ada bangsa yang bermartabat, dan ada yang tidak. Ketahuilah bahwa keberadaan martabat pada sebuah bangsa menjadi indikator kemerdekaan sebuah bangsa. Semakin banyak bergantung kepada pihak luar, bangsa tersebut akan semakin kehilangan kehormatannya. Sebaliknya, bangsa yang merdeka, yaitu bangsa yang memiliki kebergantungan yang sangat sedikit kepada pihak luar, akan menjadi bangsa yang bermartabat dan terhormat.
Penjajahan Modern
Kemerdekaan selalu dikaitkan dengan penjajahan, karena kemerdekaan biasanya dimaknai sebagai terlepasnya sebuah bangsa dari penjajahan. Penjajahan fisik di dunia ini memang sudah berakhir. Akan tetapi, kalau kita kembali merujuk kepada makna hakiki kemerdekaan, kita akan mendapati bahwa masih banyak bangsa-bangsa di dunia yang masih bergantung secara signifikan kepada bangsa lain; dan di sisi lain, masih ada segelintir negara arogan di dunia yang mendominasi bangsa-bangsa lainnya sehingga menciptakan kebergantungan negara-negara itu kepadanya.
Baca: “Fatwa tentang Entertainment dan Perfilman“
Muslim adalah Bangsa yang Mulia
Sebagai bangsa Muslim itu mulia. Sentuhan keimanan yang muncul saat kita berikrar menjadi pengikut Rasulullah SAW memberikan kepada kita kemuliaan yang tiada bandingannya. Allah SWT berfirman, “Janganlah kalian bersikap lemah, dan janganlah kalian gundah, sedangkan kalian adalah orang-orang yang paling mulia, jika kalian memang orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 139)
Ini adalah statemen yang sangat jelas dari Allah tentang posisi setiap bangsa Muslim di hadapan bangsa-bangsa lainnya. Bangsa Muslim tidak layak merasa inferior dan kehilangan martabatnya di hadapan bangsa-bangsa lain.
Akan tetapi, harus diketahui bahwa kemuliaan tersebut bukanlah sesuatu yang tiba-tiba saja ada. Kemuliaan adalah hak yang kita harus diperjuangkan. Salah satu cara yang paling penting dalam rangka meraih kemuliaan itu adalah menguatkan kemerdekaan atau independensi di hadapan bangsa-bangsa lain.
(Dikutip dari Buletin Al-Wilayah, Edisi 3, Agustus 2016 / Dzulqaidah 1438 H)
Baca: “Arus Globalisasi dan Krisis Keluarga di Indonesia (1)“