Mengenal Syiah
Istilah Syi’ah (Transliterasi Inggris: Shia) berasal dari Bahasa Arab شِيْعَة yang bermakna “pengikut”.
Kata “Syi’ah” menjadi populer karena diyakini pernah dilontarkan oleh Nabi Muhammad saat mengatakan “Syi`ah `Ali” (شِيْعَةُ عَلِيٍّ) yang berarti “pengikut Ali”. Istilah ini pertama kali dimunculkan oleh Rasulullah dalam sebuah riwayat yang berkenaan dengan turunnya Q.S. Al-Bayyinah ayat 7:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, merekalah makhluk terbaik (khayrul bariyyah).
Mengenai “khair al-bariyyah” tersebut, Rasul bersabda,
يَا عَلِي اَنْتَ وَ شِیْعَتُكَ هُمُ الفَائِزُونَ
“Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung.”
(Riwayat ini terdapat pada kitab Sunni Ad-Durr Al-Mantsur karya Jalaluddin As-Suyuthi).
Kapan Kelompok Syiah Muncul?
Ada beberapa pendapat yang beredar terkait awal mula kemunculan Syiah:
1-Muncul setelah Rasulullah wafat, yaitu pasca pertemuan antara kaum Anshar dan sebagian muhajirin di sebuah tempat yang bernama Saqifah Bani Saidah.
Baca: “Apa benar Syiah Mencaci Keluarga dan Sahabat Nabi saw ?“
2-Muncul akibat dari cara Khalifah Utsman dalam memerintah, yang kemudian berakhir dengan pembunuhan atasnya. Para penentang Utsman yang kemudian mendukung Ali itulah menjadi orang Syiah. Pendapat ini juga dibarengi dengan keyakinan tentang kemunculan tokoh Yahudi bernama Abdullah bin Saba, yang kemudian disebut-sebut sebagai “pendiri” kelompok Syiah.
3-Muncul pada masa khilafah Ali, yaitu sebagai ekses dari tiga kali perang saudara, yaitu perang Jamal, Perang Nahrawan, dan Perang Shiffin. Orang-orang yang saat peperangan berada di pihak Imam Ali kemudian menjadi Syiah.
4-Muncul setelah peristiwa pembunuhan Imam Husein di Karbala oleh tentara Yazid bin Muawiyah. Orang yang berduka atas peristiwa Asyura di Karbala itulah yang kemudian menjadi orang Syiah.
Pendapat Orang Syiah
Akan tetapi pendapat yang beredar dan diterima oleh kalangan Syiah sendiri ialah yang mengatakan bahwa kelahiran mazhab Syiah sudah terjadi sejak zaman Rasulullah masih hidup, bahkan bersamaan dengan kelahiran Islam. Ketika beliau pertama kali berdakwah menyeru kaum kerabatnya kepada Islam dalam rangka melaksanakan perintah Allah di dalam Ayat 214 Surat Asy-Syu’ara (Rasul diperintahkan untuk mendakwahi kaum kerabatnya), Rasulullah di saat itu menyatakan bahwa pemimpin pengganti setelahnya adalah Ali.
Bunyi ayat:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الاْقْرَبِين
Dan berilah peringatan kepada kerabat terdekat
Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan keluarga terdekatnya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Ketika mereka berkumpul Rasulullah saw bersabda:
يا بني عبد المطّلب، إنّي قد جئتكم بخيري الدنيا والاخرة، وقد أمرني الله تعالى أنْ أدعوكم إليه، فأيّكم يوآزرني على أمري هذا ويكون أخي ووصيّي وخليفتي فيكم؟
“Wahai Bani Abdullah Muthallib, aku datang kepada kalian untuk menyampaikan dua kebaikan dunia dan akhirat. Allah memerintahkan aku untuk mengajak kalian pada kebaikan itu. Siapakah di antara kalian yang bersedia membantuku untuk urusanku ini, dan menjadi saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian?”
Baca: “Isu Melaknat Sahabat, Kenapa Mereka Tetap Membela Syiah?“
Mereka yang hadir semuanya diam, tidak bersedia. Lalu Ali, yang saat itu paling muda dari mereka, berkata: Ya Nabiyallah, aku bersedia menjadi pembantumu dalam urusanmu ini.
Kemudian Rasulullah saw memegang pundak Ali dan bersabda:
إنّ هذا أخي ووصيّي وخليفتي فيكم، فاسمعوا له وأطيعوا
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taatilah dia.”
Kemudian mereka berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib: “Dia (Muhammad) menyuruhmu mendengar Ali dan mentaatinya.” (Ma’alim At-Tanzil 4: 278-279).
Riwayat ini dikenal dengan peristiwa Yaumul Indzar. Syiah meyakini bahwa kata-kata Rasul tersebut merupakan penunjukkan Ali sebagai khalifah pengganti dan pemegang wasiatnya.
Baca: “Fatwa-Fatwa Bersejarah dalam Islam“
Perlu segera ditambahkan bahwa riwayat tentang peristiwa ini tidak hanya terdapat pada kitab-kitab riwayat Syiah. Tercatat lebih dari 10 kitab riwayat dan sejarah Sunni yang mencatat peristiwa ini, yaitu:
- Tafsir Ad-Durrul Mantsur, jilid 6, halaman 324-329, Darul Fikr, Bairut 1403.
- Tafsir Ath-Thabari, jilid 19, halaman 74 dan 75, Darul ma’rifah, Bairut.
- Tafsir Ibnu Katsir, jilid 6, halaman 168, Dar Thayyibah, Riyadh 1418 H.
- Tafsir Ibnu Hatim, jilid 9, halaman 26-28; berbeda dengan cet Maktaba Nazzar Baz, Mekkah Mukarramah 1417 H.
- Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 111, no: 885, Dar Ihya’ Turats Al-Arabi, Bairut 1414 H.
- Sunan Al-Kubra, jilid 9, halaman 7, Darul Ma’rifah, Bairut.
- Sunan An-Nasa’i, jilid 6, halaman 248. Dar Ihya’ Turats Al-Arabi.
- Kanzul Ummal, jilid 13, halaman 131 dan 149, Muassasah Ar-Risalah, Bairut 1405 H.
- Majma’uz zawaid, jilid 8, halaman 113 dan 303.
- Ta’rib At-Tahdzib, jilid 2, halaman 144.
- Khashaish Amirul Mu’minin, halaman 86, cet Al-Ghura.
- Minhaj As-Sunnah, jilid 7, halaman 302.
Adapun perawi Sunni yang meriwayatkan hadits Indzar ini mencapai 21 orang:
1. Ibnu Ishhaq, penulis Sirah
2. Ibnu Jarir Ath-Thabari
3. Ibnu Abi Hatim Ar-Razi
4. Ibnu Mardawaih
5. Al-HafizhAbu Na’im Al-Isfahani
6. Al-Baihaqi
7. Ahmad bin Hanbal
8. An-Nasa’i
9. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad
10. Said bin Manshur, penulis Musnad
11. Al-Hafizh Abul Qasim Ath-Thabari, penulis Mu’jam Al-Awsath
12. Al-Hafizh Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
13. Al-hafizh Abu Ja’far Ath-Thahawi, penulis Musykilul Atsar.
14. Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi, penulis Tafsir.
15. Al-Hafizh Al-Baghawi, penulis Tafsir.
16. Al-Hafizh Ibnu Asakir Ad-damsiqi, penulis Tarikh Damsiq.
17. Al-Hafizh Ibnu Atsir, penulis Al-Kamil fit Tarikh.
18. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Haitsami, penulis Majma’uz zawaid.
19. Al-Hafizh Adz-Dzahabi
20. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi, penulis Ad-Durrul Mantsur.
21. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
Baca: Isu Melaknat Sahabat, dari “Divide and Rule” menjadi “Divide and Destroy”